Musim panas di Jepang dan Indonesia sama-sama terjadi di pertengahan tahun, tapi suasananya sangat berbeda. Berikut beberapa perbedaan utama yang membuat musim panas di Jepang terasa unik dibandingkan dengan Indonesia:
Waktu dan Durasi Musim Panas
Di Jepang, musim panas berlangsung dari Juni hingga Agustus. Sementara Indonesia hanya memiliki dua musim: hujan dan kemarau. Musim kemarau (sekitar Mei–September) bisa dianggap sebagai “musim panas” versi Indonesia.
Kelembapan dan Suhu
Musim panas di Jepang sangat lembap dengan suhu bisa mencapai 35°C, terutama di kota-kota besar seperti Tokyo dan Osaka. Sementara Indonesia cenderung panas kering, terutama di daerah pegunungan atau dataran tinggi.
Festival Musim Panas
Jepang identik dengan berbagai festival musim panas seperti Gion Matsuri, Tanabata, dan kembang api (hanabi taikai). Di Indonesia, musim kemarau biasanya tidak identik dengan festival, kecuali perayaan keagamaan seperti Iduladha atau 17 Agustus-an.
Pakaian Musim Panas
Di Jepang, orang-orang mengenakan yukata (kimono musim panas) saat festival. Sedangkan di Indonesia, pakaian musim kemarau tetap kasual tanpa perubahan tradisional yang signifikan.
Kuliner Khas Musim Panas
Jepang punya makanan musiman seperti kakigori (es serut), hiyashi chuka (mi dingin), dan semangka Jepang (suika). Di Indonesia, makanan seperti es campur, es kelapa, dan buah segar lebih umum dikonsumsi saat cuaca panas.
Libur Musim Panas
Jepang memiliki libur panjang musim panas (summer holiday) untuk anak sekolah, biasanya disertai kegiatan klub atau festival lokal. Di Indonesia, libur sekolah tidak selalu bertepatan dengan musim kemarau.
Alam dan LanskapMusim panas di Jepang menghadirkan pemandangan hijau subur dengan bunga matahari dan alam yang hidup. Di Indonesia, musim kemarau sering membuat sawah mengering dan beberapa daerah mengalami kekeringan.
Jadi walaupun sama-sama “panas”, musim panas di Jepang dan Indonesia punya vibe dan tradisi yang sangat berbeda. Unik ya!